Tri, Pembantu Binal
Pembaca,
kali ini aku akan menceritakan pengalaman seksku dengan Tri,
pembantu yang bekerja di rumah tetangga ibuku.
*****
Di kompleks perumahan ibuku, Tri terkenal sebagai pembantu yang genit,
ganjen, centil dan sebagainya. Dia sering gonta ganti pacar. Tri baru
berumur kurang lebih 22 tahun. Bodynya bagus, dengan payudara berukuran
kira-kira 34D dan pantat bulat dan padat. Yang lebih menggairahkan
adalah cara berpakaiannya. Dia kerap mengenakan kaos ketat dan celana
model ABG sekarang yang memperlihatkan pinggul dan pusar. Wajahnya cukup
manis, bibirnya sensual sekali. Aku sering menelan ludah kalau melihat
bibirnya.
Tugas Tri adalah menjaga anak majikannya yang masih kecil-kecil. Kalau
sore hari, dia selalu mengajak anak majikannya berjalan-jalan sambil
disuapi. Nah, aku sering sekali berpapasan dengannya saat dia sedang
mengasuh Nabila (anak bungsu pasangan tempat Tri bekerja). Nabila ini
seorang anak yang lucu, sehingga kadang-kadang aku berhenti sebentar
untuk mencubit pipinya.
Suatu kali, seperti biasa aku bertemu dengan Tri yang sedang mengasuh Nabila, dan aku berhenti sebentar untuk mencubit pipinya.
Tiba-tiba Tri nyeletuk, "Kok cuma Nabila yang dicubit Pak?"
Aku sedikit terkesiap, "Haah?" dan aku memandang kepada Tri.
Dia sedang menatapku dengan kerlingan genit dan tersenyum menggoda.
"Habis, kalau aku cubit pipi Mbak Tri, aku takut Mbak Tri marah," kataku.
"Kalau cubitnya pelan-pelan, aku nggak marah kok Pak. Malah seneng," sahut Tri.
Kurang ajar anak ini, aku membatin, tapi mulai tergoda untuk memancingnya lebih jauh.
"Kalau cuma cubit aku enggak mau Tri." kataku.
"Terus maunya apa? Emang berani?" dia malah menantang. Benar-benar ganjen anak ini.
"Aku maunya, cium bibir kamu yang seksi itu, boleh?" aku bertanya.
Dia malah balik bertanya, "Cuma cium? Enggak mau kalau cuma cium."
Astaga, ini sudah keterlaluan.
"Tri, aku kan sudah punya isteri, emang kamu masih mau?" aku bertanya.
"Yaa, jangan sampai isteri Pak Irwan tahu dong. Masak cuma Mbak Enny aja yang boleh ngerasain Pak Irwan." balas Tri.
Anda yang pernah membaca pengalamanku dalam cerita 'Enny, Pembantu Yang
Sexy' pasti ingat dengan Enny. Aku agak kaget juga mendengar ucapan Tri.
Rupanya Enny curhat sama Tri. Tapi, kepalang tanggung pikirku.
"Jadi benar nih kamu mau Tri?" aku memastikan.
Tri menjawab, "Siapa takut? Kapan?"
"Kamu bisanya kapan Tri? Aku sih kapan aja bisa," jawabku sambil melirik ke toketnya yang bagus itu.
Saat itu Tri pake kaos ketat yang tipis, sehingga bra hitamnya membayang
dan memperlihatkan lekuk yang sangat mengairahkan. Pembaca, terus
terang saat itu aku sudah "Konak". Penisku kurasakan sudah mengeras.
"Ya sudah, nanti malam aja Pak, kebetulan Bapak-Ibu mau ke Bogor, anak-anak mau diajak semua." kata Tri.
"Oke, nanti jam berapa aku ke rumahmu?" tanyaku.
"Yaa, jam delapanan deh," jawab Tri sambil membusungkan dadanya.
Dia tahu aku sedang memperhatikan toketnya. Nafsuku menggelegak.
"Kamu nantang benar sih Tri, ya sudah, nanti jam delapan aku dateng. Awas nanti kamu ya." ancamku sambil tersenyum.
Eh, dia malah menjawab, "Asal Pak Irwan kuat aja nanti malam."
Sambil mengedipkan matanya dan bibirnya membuat gerakan mengecup. Ya
ampuunn, bibirnya benar-benar seksi. Aku menyabarkan diri untuk tidak
menggigit bibir yang menggemaskan itu.
"Kalau gitu aku pulang dulu ya Tri, sampai nanti malam ya." kataku.
"Benar yaa. Jangan boong lho. Tri tunggu ya sayang.." Tri membalas.
*****
Malamnya, jam delapan, aku sudah berada di depan pagar rumah Tri, lebih
tepat rumah majikannya. Tri sudah menungguku. Dia membukakan pintu pagar
dan aku langsung masuk setelah melihat situasi aman, tidak ada yang
melihat. Kami masuk ke dalam dan Tri langsung mengunci pintu depan.
Tri memakai celana yang sangat pendek, dengan kaos ketat. Kulitnya cukup
mulus walaupun tidak terlalu putih, namun dibandingkan dengan Enny,
masih lebih putih Tri. Aku tidak mau membuang waktu, langsung kudekap
dia dan kuserbu bibirnya yang memang sudah lama sekali aku incar. Bibir
kami berpagutan, lidah kami saling membelit, dipadu dengan nafas kami
yang memburu.
Tiba-tiba Tri melepaskan ciuman kami, dan dia memegang kedua pipiku sambil menatapku, lalu berkata manja.
"Pak Irwan, kalau Pak Irwan mau ngewe sama Tri, ada syaratnya Pak."
Aku bingung juga, "Apa syaratnya Tri?" tanyaku.
"Pak Irwan harus panggil aku Mbak, terus aku panggil Pak Irwan Yayang.
Gimana? Mau nggak?" tanya Tri sambil tangannya turun ke dadaku dan dia
meremas dadaku dengan gemas.
Pembaca, ini yang mengherankan, aku seorang yang sudah berusia di atas
40 tahun, punya isteri dan anak, jabatanku cukup tinggi di kantor, dan
seorang pembantu rumah tangga yang berumur baru 22 tahun mencoba untuk
menguasaiku, dan aku merasa senang.
Aku mengangguk sambil menjawab, "Iya Mbak, aku mau."
Sementara itu, penisku sudah ereksi dengan maksimal.
"Sekarang, Yayang harus nurut apa yang Mbak bilang ya." perintah Tri, maksudku Mbak Tri.
"Iya Mbak." jawabku pasrah.
Lalu Mbak Tri menuntunku ke kamarnya di bagian belakang rumah. Kami
masuk ke kamar itu, Mbak Tri menutup pintu dan sekarng dia yang memeluk
dan menyerbu bibirku. Kembali kami berpagutan sambil berdiri, lidah
saling belit dalam gelora nafsu kami.
Mbak Tri kembali melepaskan ciuman kami, dan berkata," Yaang, kamu jongkok dong."
Aku menurut, aku berjongkok di depan Mbak Tri.
"Lepasin celana Mbak Yang, pelan-pelan ya Yaang."
"Iya Mbak." cuma itu kata yang bisa aku keluarkan.
Lalu akupun mulai menurunkan celana pendeknya yang tinggal ditarik saja
kebawah karena dia memakai celana olahraga. Perlahan mulai tampak
pemandangan indah di depan mataku persis. Pembaca, memeknya gundul tanpa
bulu sedikitpun, dan montok sekali bentuknya. Warnanya kemerahan dan
diatasnya terlihat clitnya yang juga montok. Mbak Tri melibarkan pahanya
sedikit, sehingga memeknya agak terkuak. Mbak Tri mendongakkan wajahku
dengan tangannya.
Dan dia bertanya, "Gimana Yang? Bagus nggak Memek Mbak?"
"Iya Mbak. Bagus banget. Tembem." jawabku tersendat, karena menahan nafsu dalam diriku.
"Yayang mau cium Memek Mbak?" tanyanya.
"Mau Mbak."
Aku tidak menunggu diperintah dua kali. Langsung kuserbu Memek yang
sangat indah itu. Mbak Tri menaikkan sebelah kakinya ke atas tempat
tidur, sehingga lebih terbuka ruang bagiku untuk mencium keharuman
memeknya.
Mula-mula hidungku menyentuh kelembaban memeknya, dan aku menghirup
keharuman yang memabokkan dari Memek Mbak Tri. Kususupkan hidungku dalam
jepitan daging kenikmatan Memek Mbak Tri.
Mbak Tri mengerang, "Aahh, Yayaanngg. Terusin Yang."
Lalu kukecup memeknya dengan penuh kelembutan. Dan perlahan mulai
keluarkan lidahku untuk menjelajahi bibir memeknya. Kugerakkan lidahku
perlahan-lahan kesekeliling memeknya. Tanganku meremas-remas pantatnya.
Sesekali lidahku menyapu klitnya, dan kujepit klitnya dengan kedua
bibirku.
Tubuh Mbak Tri mengejang sambil mendesah, "Aarrgghh.. Yayaanngg.. Ennaakk Yaanngg.."
Kedua tangan Mbak Tri meremas rambutku sambil menekan kepalaku ke
belahan pahanya. Wajahku terbenam di Memek Mbak Tri, aku hampir tidak
bisa bernafas.
"Yaanngg.. Tunggu Yaang. Mbak nggak kuat berdiri Yang."
Lalu Mbak Tri merebahkan tubuhnya di kasur sambil melepaskan kaos dan
branya. Dia terlentang di kasur. Aku berdiri dan ingin mulai melepas
baju dan celanaku.
"Jangan Yang, kamu jangan buka baju dulu. Jilatin Memek Mbak dulu Yang." perintah Mbak Tri. Lagi-lagi aku nurut.
Lalu Mbak Tri kembali menekan kepalaku ke selangkangannya. Kuteruskan
kegiatan mulut dan lidahku di pesona kewanitaan Mbak Tri yang sangat
indah kurasa. Kumasukkan lidahku ke dalam memeknya, dan kuputar-putar di
dalam memeknya. Dia menggelinjang kenikmatan. Rambutku sudah berantakan
karena diremas terus oleh Mbak Tri. Sekitar sepuluh menit kujilati
Memek Mbak Tri dan memberinya kenikmatan sorgawi. Akhirnya dia menjerit
tertahan, tubuhnya mengejang dan tangannya menekan kepalaku dengan
kuatnya.
"Aauugghh.. Yaanngg. Mbakk.. Kkeeluaarr Yaanngg" rintihnya.
Pantat dan pingulnya bergerak memutar dengan liar dan tiba-tiba berhenti.
"Sshh.. Oogghh.. Yaanngg.. Ennaakk banggeett Yaangg."
Kusedot seluruh cairan yang membanjir dari Memek Mbak Tri. Rasanya gurih
dan wanginya harum sekali. Kurasakan becek sekali Memek Mbak Tri saat
itu. Setelah berisitirahat kurang lebih sepuluh menit, Mbak Tri bangun
dan mulai membuka pakaianku.
"Sekarang giliran kamu Yang. Mbak mau gigitin kamu" perintahnya.
Setelah semua pakaianku lepas, Mbak Tri memandang ke penisku yang sudah
pusing dari tadi. Dia menggenggam penisku dengan gemas dan mulai
mengocoknya dengan lembut. Kemudian aku disuruhnya telentang, lalu dia
mendekatkan kepalanya ke penisku. Dikecupinya kepala penisku, dan
lidahnya mulai menjelajahi bagian atas penisku.
Astaga, permainan lidah Mbak Tri luar biasa sekali. Dalam sekejap aku
dibuatnya melayang ke angkasa. Kenikmatan yang diberikan melalui lidah
dan mulutnya, membuatku mendesah dan menggelepar tidak karuan. Dari
bagian kepala, lalu ke batang penisku dan bijiku semua dijilatinya
dengan penuh nafsu. Sesekali bijiku dimasukkan ke dalam mulutnya. Sampai
terbalik mataku merasakan nikmatnya. Ujung lidahnya juga menyapu bahkan
menusuk anusku. Kurasakan listrik yang menyengat ke sekujur tubuhku
saat lidah Mbak Tri bermain di anusku. Sepuluh menit lamanya Mbak Tri
menjilati dan mengemut penis dan anusku.
Kemudian dia merayap naik ke badanku, mengangkangiku, dan mengarahkan
penisku ke memeknya. Perlahan dia menurunkan pantatnya. Kurasakan
penisku mulai melakukan penetrasi ke dalam belahan memeknya yang sangat
montok itu. Agak susah pada awalnya karena memang tembem sekali Memek
Mbak Tri. Setelah masuk semua, Mbak Tri mulai menaik turunkan pantatnya.
"Aauugghh, Mbak. Enak Mbak." rintihku.
"Iya Yang, Mbak juga ngerasain enak. Adduuhh. Kontol kamu enak banget Yang."
Dan Mbak Tri mulai melakukan putaran pinggulnya. Pantatnya tidak lagi
turun naik, melainkan pinggulnya yang berputar. Ini benar-benar membuat
sensasi yang luar biasa nikmatnya. Mbak Tri sangat pintar memutar
pinggulnya. Aku mengimbangi gerakan Mbak Tri dengan menusuk-nusukan
penisku.
Tapi, "Yaanngg. Kamu diem aja ya Yaangg. Biar Mbak aja yang muter."
Akupun diam dan Mbak Tri semakin liar memutar pinggulnya. Tidak lama
kemudian, Mbak Tri menghentikan putaran pinggulnya, dan kurasakan
memeknya menyedot penisku. Serasa dipilin oleh gumpalan daging yang
hangat, kenyal dan kesat.
Lalu Mbak Tri mengerang keras, "Yaanngg.. Aarrgghh. Mbak keluar laggii Yaanngg.."
Mbak Tri rebah di atas tubuhku, sementara memeknya terus menyedot
penisku. Luar biasa sekali rasanya memek Mbak Tri ini. Kemudian Mbak Tri
memberi perintah agar aku bergantian di atas. Aku menurut, dan tanpa
melepaskan penisku dari dalam memeknya kami berubah posisi.
Sekarang aku berada di atas. Mbak Tri melingkarkan kakinya ke kakiku,
sehingga aku tidak leluasa bergerak. Rupanya ini yang diinginkan oleh
Mbak Tri, agar aku diam saja. Mbak Tri juga tidak menggerakkan
pinggulnya, hanya kurasakan daging di dalam memeknya yang melakukan
gerakan menyedot, memijit, memutar dan entah gerakan apa namanya. Yang
pasti aku merasakan jepitan Memek yang sangat kuat namun enak sekali.
Aku tidak dapat menggerakkan penisku di dalam memeknya. Juga tidak dapat
menarik penisku dari dalam Memek itu. Tidak lama kurasakan Memek Mbak
Tri menyedot penisku. Lalu perlahan Mbak Tri mulai memutar pinggulnya.
Aku merasa sperti perahu yang berada di dalam lautan yang bergelora
karena ada badai yang dahsyat. Dan semakin lama gelombang itu semakin
kuat menggoncang perahu. Nafas kami sudah memburu, keringat sudah
mengucur membasahi tubuh kami. Dan kurasakan Memek Mbak Tri mulai
berdenyut keras lagi, bersamaan dengan aku mulai merasakan desakan lahar
dalam diriku yang menuntut untuk keluar dari tubuhku. Putaran pinggul
Mbak Tri semakin menggila, dan akupun membantu dengan menekan-nekankan
pinggulku walaupun tidak terlalu bebas.
"Oogghh.. Yaanngg.. Mbaakk nnggaakk kkuatt laaggi Yaanngg.." erang Mbak Tri.
Aku juga sudah tidak bisa menahan lagi desakan dari dalam itu, "Iyaa mbaakk.. Aakkuu juggaa.. Aarrgghh."
Aku tidak dapat meneruskan kata-kataku, karena saat itu muncratlah sudah
cairan kenikmatanku di dalam memek Mbak Tri. Bersamaan dengan itu, Mbak
Tri juga sudah mengejang sambil memelukku dengan kuatnya.
"Sshh.. Oouugghh.. Enaak baannggett Yaangg."
Kami merasakan nikmat yang tiada duanya saat air mani kami bercampur
menjadi satu di dalam memek Mbak Tri. Mbak Tri mencium bibirku, akupun
membalasnya dengan penuh gairah. Dan.. Kamipun terkulai tak berdaya. Aku
terhempas di atas tubuh Mbak Tri. Nafas kami tinggal satu-satu. Seprai
dan kasur Mbak Tri sudah basah sama sekali karena keringat dan air mani
kami yang meluap keluar dari Memek Mbak Tri saking banyaknya.
"Yayaanngg.." Mbak Tri memanggilku dengan mesranya.
"Iya mbaakk." aku menjawab dengan tidak kalah mesranya.
"Kamu hebat deh Yaang." kata Mbak Tri sambil mengecup bibirku dengan lembut.
"Mbak juga hebat. Memek Mbak enak banget deh Mbak." kataku.
Mbak Tri tersenyum, "Yayang suka sama memek Mbak?" tanyanya.
"Suka banget Mbak. Memek Mbak bisa nyedot gitu. Nanti boleh lagi ya Mbak?" aku merayunya.
"Pasti boleh Yang. Memek ini emang untuk Yayang kok." Kata Mbak Tri.
Dan malam itu, kami melakukannya sebanyak tiga kali, sampai kudengar
adzan subuh dari mesjid terdekat. Lalu aku keluar dari rumah itu setelah
melihat bahwa situasi aman, dan pulang ke rumahku.
E N D
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar